TO Karimun jawa. @ Petualangan EPIK Tak Terlupakan
Karjaw- Sebuah Kisah baru pun dimulai, tepat jam 5 sore tgl 27 maret 2013 saya bergegas untuk segera melarikan diri dari kantor dan menjemput ketenangan hidup yang telah saya rindukan untuk dapat segera saya rasakan kembali.
bergabung dengan teman-teman dari komunitas backpacker regional Jabodetabek, saya janjian dengan mereka pukul 07 malam.. tapi siaaalnya ternyata saya diisengin oleh mereka, ternyata tiket kereta api baru berangkat pukul 10 malam,
akhirnya dari pada kelamaan nunggu sesi foto-foto di KA Senen pun berlangsung.
Memburu Cantiknya Sunset dan
Sunrise di Kepulauan Karimunjawa
Sunrise di Kep. Karimunjawa.
Sunset dan dan sunrise memang
selalu menarik dan tidak pernah membosankan. Entah mengapa momen ini selalu
dinanti-nanti banyak orang. Mereka tidak bosan-bosannya menunggu berjam-jam
hanya demi menyaksikan terbit atau tenggelamnya sang surya disertai langit yang
merona warna-warni. Sunset dan sunrise sudah melahirkan banyak sajak/puisi yang
ditulis oleh para penyair. Sudah tak terhitung pula lukisan cahaya saat sunrise
dan sunset yang telah terbingkai oleh para fotografer.
Perjalananku ke sana juga tidak
luput dari memburu sunrise dan sunset. Malam itu, saya dan teman-teman menginap
di salah satu rumah penduduk asli Pulau Kemujan, salah satu pulau di
Karimunjawa yang berpenduduk. Malam harinya kami sudah merencanakan untuk
bangun sebelum subuh untuk dapat melihat sunrise di pantai yang letaknya tidak
jauh dari rumah temanku. Tetapi mungkin karena baru tiba di Pulau Kemujan saat
malam harinya dan tidur larut malam, akhirnya semua kelelahan dan baru bangun
jam setengah enam lewat. Saat itu langit sudah agak terang, alhasil sholat
subuhpun jadi terlambat.
Akhirnya kami hanya menyusuri
pantai di dekat rumah temanku dengan berjalan kaki. Pemandangan pantai sangat
menawan. Meskipun begitu, sinar matahari terasa membakar kulit. Panasnya, wah
jangan ditanya deh. Kami bermain-main di pantai dari matahari mulai naik sampai
menjelang tengah hari.
Temanku yang orang asli penduduk
karimunjawa mengatakan kalau sore ini kami bisa menyaksikan sunset di
Jembatan/Dermaga Cinta. Wow namanya bagus ya, so romantic. Tempat ini
berdekatan dengan Bandara Dewadaru, sebuah bandara kecil di Karimunjawa. Bisa
dicapai hanya dengan berjalan kaki dari tempat kami tinggal selama di sana. Ya
lumayan jauh sih, sekitar 1.5-2 km tapi kalau jalannya bareng-bareng kan jadi
tidak terasa capeknya.
Selepas ashar kami berjalan
menuju Jembatan Cinta. Kami melewati jalanan beraspal dan rumah-rumah penduduk
yang letaknya berjauhan. Berbagai jenis tanaman dijumpai di kebun samping kanan
dan kiri jalan, terutama jambu mete. Sepanjang perjalanan, kami seringkali
berpapasan dengan orang yang berkendara motor, mereka itu ada yang penduduk
asli maupun wisatawan baik lokal maupun asing. Mobil pick-up juga sering
bersliweran, mobil ini merupakan kendaraan transportasi penduduk di sana selain
motor.
Berjalan kaki sambil ngobrol
tidaklah terasa. Akhirnya kami sampai di jembatan cinta. Beberapa pemuda
penduduk asli kemujan tampak sedang bergerombol di atas motornya. Mereka
berkumpul di jalan aspal dekat jalan setapak menuju jembatan. Ada dua jembatan
di sana, yang berbentuk huruf L dan T. Kami mendatangi jembatan yang membentuk
huruf L. Suasana di sana indah sekali. Ada sungai dengan air yang tenang
dihiasi tanaman bakau di pinggir-pinggirnya. Dan gunung di hadapan kami yang
menimbulkan refleksi di atas air sungai di bawahnya. Tapi jangan coba-coba
nyemplung ke dalamnya karena katanya di situ dulu banyak buayanya. Kata
temanku, jembatan ini merupakan dermaga bagi turis asing yang hendak liburan di
kura-kura resort. Salah satu pulau di Karimunjawa yang katanya dihuni oleh
turis asing dengan resort mewah. Jadi, setelah mereka mendarat di Bandara
Dewadaru, mereka langsung menuju Dermaga Cinta. Di sana mereka akan dijemput
speedboat menuju Pulau kura-kura resort.
Sunset yang indah didermaga
Perlahan langit mulai berwarna,
rona merah dan biru menghiasi ufuk timur. Agak lama menunggu, tetapi matahari
tidak kunjung muncul. Sepertinya hari itu agak mendung dan berawan. Sambil
menunggu, kami mulai berfoto-foto narsis untuk menghasilkan siluet. Tetapi
matahari tetap malu-malu. Karena terlalu lama, beberapa teman saya kembali ke
rumah tinggal untuk meneruskan tidur. Saya dan dua orang teman tetap setia
menunggu munculnya sunrise. Tidak sia-sia, akhirnya yang dinanti muncul juga.
Matahari muncul sedikit-demi sedikit hingga membentuk lingkaran penuh di antara
dua pulau nun jauh di seberang. Entah namanya pulau apa. Langit berubah merah
jingga. Warnanya tidak berbeda dengan langit di kala matahari tenggelam.
Pemandangan cantik yang sayang untuk dilewatkan. Kamera saya mengabadikan momen
ini dengan lensa seadanya dalam beberapa bingkai foto. Lama-kelamaan sinar
matahari mulai menyilaukan, bentuknya sudah tidak lingkaran lagi. Langit juga
berubah terang benderang.
PULAU KARIMUNJAWA – Pulau Utama yang Tak Kalah Mempesona
Mungkin banyak orang yang
menganggap Pulau Karimunjawa hanya sekedar dermaga ataupun tempat singgah
sementara. Dermaga utama Karimunjawa memang terletak di pulau seluas 4302,5
hektar ini, menjadikannya sebagai tempat pertama yang disinggahi oleh setiap
orang yang datang. Pulau ini juga merupakan tempat sebagian besar masyarakat
tinggal sehingga fasilitas yang ada relatif lebih lengkap dibandingkan
pulau-pulau yang lain. Homestay dan hotel yang banyak bertebaran membuat
kebanyakan wisatawan memilih pulau ini sebagai homebase mereka, tempat untuk
pulang dan beristirahat seusai menghabiskan hari snorkeling dan menjelajah
pulau-pulau kecil yang eksotik. Banyak yang tidak sadar bahwa Pulau Karimunjawa
juga menyimpan potensi keindahan luar biasa.
Pertamakali menginjakkan kaki, Saya
langsung terkesima dengan jernihnya air laut di dermaga dan puluhan ikan kecil
yang berenang di dalamnya. Walau kecil, dermaga ini terlihat bersih dan rapi.
Sebuah kantor pusat informasi wisata berdiri di dalam kompleks pelabuhan.
Becak, ojek, dan beberapa mobil pick up terbuka siap menjadi alat transportasi
menuju homestay ataupun penginapan. Suasana desa kecil yang akrab begitu
terasa. Rumah-rumah penduduk berderet mengapit jalan-jalan sempitnya. Senyum
simpul dan sapa ramah warga seolah menyambut siapa saja dengan keakraban yang
khas dan bersahaja.
Barisan pegunungan hijau berdiri
kokoh di tengah pulau. Merupakan hutan hujan tropis dataran rendah, pegunungan
ini adalah habitat dari rusa, puluhan jenis burung, monyet ekor panjang, dan
berbagai jenis hewan lainnya. Pohon Dewadaru (Mesua ferrea L), pohon khas
Karimunjawa yang dianggap keramat oleh penduduk setempat juga tumbuh dengan
suburnya di hutan ini. Jalur trekking yang cukup menantang menjadi daya tarik
tersendiri bagi yang memiliki jiwa petualang. Menunggu terbitnya mentari dari
atas bukit atau turun hingga ke pantai-pantai perawan nan indah di sebelah
timur pulau sangat layak untuk dicoba.
Meski tak terlalu besar,
Alun-alun Karimunjawa yang berada di dekat laut menjadi tempat utama warga
untuk beranjangsana, duduk di bawah Pohon Kenari sambil berbincang atau
mengawasi anak-anak bermain bola dan bersepeda. Tak berapa jauh di sebelah
barat, terdapat sebuah dermaga nelayan. Duduk santai di atas perahu yang
tertambat sambil menikmati lautan tenang yang membentang di hadapan terasa
sangat menenangkan. Ketika senja tiba dan langit perlahan berubah jingga, sinar
terang sang surya mulai mereda untuk kemudian turun dan menghilang di balik
cakrawala. Wow, keindahannya sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Saat malam tiba, Alun-alun
kembali menjadi pusat kehidupan warga. Berbagai warung yang menjual kuliner
khas Karimunjawa dipenuhi oleh penduduk setempat dan juga para wisatawan.
Mampir di kompleks toko souvenir menjadi alternatif untuk berburu oleh-oleh.
Berbagai gantungan kunci, gelang kayu stigi dan kalimasada, kaos, hingga ikan
asin dan rumput laut kering dijual disini. Ingin mencoba sesuatu yang berbeda?
Dermaga nelayan menawarkan pengalaman yang tak terlupakan, duduk di atas perahu
sambil menikmati damainya malam dan menatap kerlip ribuan bintang.
PULAU CEMARA BESAR - Surga yang Hilang dengan Hutan Terlarang
Seindah surga. Itulah kesan
pertama ketika perahu kecil yang Saya tumpangi mulai mendekati Pulau Cemara
Besar. Langit biru yang cerah, perahu-perahu nelayan yang sesekali berpapasan,
serta jernihnya air laut dengan gradasi warna ungu dan biru muda tak henti
mengundang decak kagum. Pulau kecil yang dibingkai pantai berpasir putih dengan
latar belakang hutan cemara begitu kontras dengan warna biru laut di
sekelilingnya.
Mendadak perahu berhenti. Tunggu
dulu, daratan kan masih jauh di depan sana? Ternyata lepas pantai ini adalah
lokasi snorkeling kami. Bagian laut berwarna biru muda tak begitu dalam
sehingga cocok sebagai tempat untuk sekedar main air atau belajar berenang.
Dasarnya berupa pasir putih yang lembut, terlihat jelas dari atas perahu.
Beberapa kelompok ikan kecil sesekali melintas.
Berenang ke perbatasan perairan
yang berwarna keunguan, tanda kedalaman semakin bertambah, keindahan terumbu
karang berbagai bentuk dan warna mulai menyapa. Indonesia adalah negara dengan
total luas terumbu karang sekitar 51.000 km persegi atau 18% dari seluruh
terumbu karang di dunia (The Nature Conservancy). Mulai dari table coral yang
sekilas mirip jamur raksasa, brain coral, staghorn coral yang mulai terancam
punah, hingga terumbu karang kecil berwarna-warni mirip buah berry dengan alga
hijau di sekelilingnya membuat dasar laut terlihat begitu indah.
Di tengah taman terumbu karang
ini, kerapu kuning berbintik hitam, gerombolan ikan kecil cantik berwarna hitam
dan hijau kebiruan, serta berbagai jenis ikan lainnya terlihat berenang ke sana
kemari. Tengah asyik mengagumi keindahan taman laut luar biasa ini, mendadak
muncul seekor ikan badut. Waaaah, kaget bercampur penasaran membuat saya ingin bermain dengan ikan badut tersebut digenggaman tangan saya, suatu keseruan yang luar biasa.
Daratan Pulau Cemara Besar tidak
kalah cantik dengan keindahan surga bawah lautnya. Perairan dangkal tidak
memungkinkan perahu untuk merapat sehingga satu-satunya cara adalah berjalan
kaki untuk mencapai pantai. Pasir putih yang sangat lembut terhampar di
sepanjang garis pantainya. Pulau kecil seluas 3,5 hektar ini tidak berpenghuni
dan hanya berisi hutan cemara. Kicau merdu burung seolah memanggil untuk
menjelajahi hutan perawan ini. Namun sayang, guide lokal tidak mengijinkan dan
hanya memperbolehkan Saya untuk berjalan mengelilingi pulau menyusuri garis
pantainya. Meski penasaran, Saya cukup puas menikmati keindahan pantai yang
sebagian besar merupakan padang lamun tempat berkembangbiaknya udang dan ikan.
Gosongan pasir putih yang menjorok ke laut menjadi tempat yang tepat untuk
sunbathing dan menikmati keheningan alam yang begitu menenangkan.
PULAU MENJANGAN KECIL - Snorkeling dan Camping di Menjangan Kecil
Pulau Menjangan Kecil adalah
salah satu spot snorkeling yang cukup populer di Karimunjawa. Perairannya
tenang dengan air yang jernih dan hangat khas laut daerah tropis. Spot
snorkeling terletak cukup jauh dari garis pantai dengan kedalaman sekitar 2
sampai 5 meter. Meski belum begitu mahir berenang, Saya nekat melompat ke dalam
air setelah memasang life jacket, fin dan snorkel gear. Keputusan yang sangat
tepat karena terumbu karang di dasar laut ini cukup luas dan merata.
Di antara karang-karang batu Acropora
sp yang mendominasi, ikan kakap hitam dan kerapu mengintip dari sela-sela
cabangnya. Seekor kerang kima hitam yang cantik juga sempat terlihat. Jenis
kerang ini dulu sempat populer sebagai salah satu makanan khas penduduk
Karimunjawa, namun sekarang keberadaannya dilindungi oleh pemerintah. Terumbu
karang berbentuk daun dari jenis Montipora Foliosa terlihat seolah bermekaran
dengan warna putih, kuning, hingga keemasan diantara staghorn coral.
Beberapa bongkah batu besar
berwarna merah hati berdiri menjulang dan biasa dimanfaatkan sebagai tempat
untuk berdiri atau beristirahat ketika rasa lelah mulai terasa di sela-sela
snorkeling. Di beberapa tempat, dasar laut menjadi dangkal dan terumbu karang
tumbuh dengan jarak yang sangat dekat dengan permukaan. Di sinilah semua orang
harus ekstra hati-hati agar tidak menginjak dan mematahkan karang yang
membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk tumbuh.
Hari semakin siang ketika kami
memutuskan untuk naik ke atas perahu dan berlayar menuju ke daratan. Meski Pulau
Menjangan Kecil sudah dilengkapi dengan resort yang disewakan, namun beberapa
bagian dari pulau masih relatif alami dengan hanya menampakkan pohon-pohon
kelapa yang menjulang tinggi. Semilir angin di pantai berpasir putih indah
memberikan kesan damai dan tenang.
Pulau yang terletak sekitar 15
menit ke arah selatan Pulau Karimunjawa ini sering disinggahi oleh orang-orang
yang merapat untuk sekedar beristirahat dan makan siang. Membakar ikan sendiri
di atas api unggun yang dibuat dengan ranting-ranting pohon seadanya memberikan
sensasi dan kenikmatan tersendiri saat menyantapnya. Suara cicit burung yang
merdu dan angin sepoi-sepoi serasa membius untuk terus menikmati kesunyian dan
ketenangan yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan. Tertarik untuk camping? Beberapa
spot di pulau ini merupakan camping area yang siap menjadi tempat bagi Anda
yang ingin sejenak menghilang dari peradaban.
PULAU MENJANGAN BESAR - Uji Nyali Bersama Predator Berbahaya
Pulau Menjangan Besar yang
terletak sekitar 10 menit sebelah selatan Pulau Karimunjawa menawarkan
pengalaman wisata yang tidak biasa, yaitu kesempatan untuk berenang bersama
ikan hiu! Pulau seluas 56 hektar ini memiliki 2 kolam penangkaran dengan
kelompok-kelompok hiu yang sudah menunggu Anda untuk "bermain" bersama
mereka.
Sekelompok Blacktip Reef Shark
yang menghuni salah satu kolam menjadi favorit bagi beberapa orang karena
ukurannya yang tidak terlalu besar. Rata-rata hiu dewasa “hanya” memiliki
panjang 1,6 meter. Di antara jenis hiu karang lainnya, Blacktip Reef Shark
memang dikenal menyukai perairan dangkal berpasir. Bahkan kadang-kadang mereka
juga masuk ke perairan payau dan juga sungai air tawar. Meski merupakan
predator aktif yang memangsa ikan-ikan kecil, lobster, udang, kepiting,
cumi-cumi, dan bahkan ular laut dan burung, jenis hiu ini cenderung jarang
membahayakan manusia, kecuali jika dipancing dengan makanan. Nah, Pulau
Menjangan Besar ini memberikan kesempatan untuk masuk ke dalam kolam berisi
sekelompok Blacktip Reef Shark sementara beberapa orang melemparkan potongan
ikan segar ke sekeliling Anda untuk menarik perhatian sang hiu. Beranikah Anda
mencoba? Bila merasa jenis hiu kecil ini tidak cukup menantang adrenalin, Anda
bisa mencoba sebuah kolam lain yang berisi hiu-hiu hitam berukuran lebih besar.
Tak hanya hiu, Pulau Menjangan
Besar juga memiliki kolam penangkaran penyu dengan puluhan tukik atau anak
penyu yang nantinya akan dilepas di lautan bebas. Sebagai satu diantara sedikit
tempat yang menjadi habitat dari satwa langka penyu sisik dan penyu hijau,
Kepulauan Karimunjawa memang cukup konsisten untuk melindungi mereka dari
kepunahan.
Sebagaimana pulau-pulau lainnya
di Karimunjawa, Menjangan Besar dikelilingi oleh pantai berpasir putih yang
indah. Di sisi lain pulau terdapat sebuah gosong yang oleh penduduk setempat
disebut sebagai Gosong Abadi. Gosongan kecil dengan taburan pasir putih yang
sangat lembut ini dihiasi oleh pohon-pohon bakau kecil yang baru tumbuh dengan
suburnya. Demikian juga dengan perairan pantai di sekeliling gosongan ini. Akar
bakau yang kuat mencengkeram ke dalam perut bumi, menjanjikan perlindungan bagi
anak ikan dan udang di masa yang akan datang. Tempat ini mungkin “hanya”
sekedar pantai berpasir putih yang cantik. Namun beberapa puluh tahun yang akan
datang, gosong ini akan menjelma menjadi hutan bakau, surga yang akan menjaga
kelangsungan hidup berbagai ekosistem di sekitarnya.
PULAU TENGAH - Oase Istimewa di Tengah Laut Jawa
Keindahan biota laut perairan
Pulau Tengah tak perlu lagi dipertanyakan. Didominasi oleh hard corals seperti
terumbu karang dari keluarga acroporidae dan juga table coral, di beberapa
sudut terlihat sea anemone yang melambai-lambai. Dimana ada sea anemone, dapat
dipastikan bahwa tempat itu juga merupakan surga bagi ikan-ikan badut yang lucu
dan menggemaskan.
Ikan badut alias anemonefish
dengan warna tubuhnya yang menarik merupakan pemikat mangsa anemone untuk
mendekat. Mereka juga membersihkan terumbu karang ini dari sisa-sisa
makanannya. Sebagai imbal baliknya, anemone melindungi ikan ini dari para
predator dengan tentakelnya. Terumbu karang yang masih merupakan kerabat jauh
ubur-ubur ini memang memiliki tentakel yang cukup berbisa dan dapat menimbulkan
rasa gatal di kulit manusia yang tersentuh olehnya. Banyak titik snorkeling di
Pulau Tengah yang menjadi surga bagi anemone dan ikan badutnya. Saya bahkan
sempat terlihat seekor ikan badut dengan tiga garis warna; orange, putih, dan
ungu kehitaman.
Terletak sekitar 1,5 jam
perjalanan dari mainland, Pulau Tengah ibarat sebuah oase di tengah laut. Pulau
seluas 4 hektar ini adalah salah satu tempat favorit untuk merapat dan membakar
ikan. Sebuah warung makan kecil berbentuk rumah panggung menyajikan kelapa
muda, minuman hangat, dan juga gorengan sebagai pelengkap makan siang yang
nikmat. Dua buah resort dibangun di antara pohon-pohon kelapa, siap menjadi
tempat beristirahat dan menginap. Bila ingin merasakan sensasi yang berbeda, 3
resort apung lengkap dengan kolam penangkaran ikan hiu di depannya juga
tersedia.
Sebagaimana pulau-pulau lainnya
di Kepulauan Karimunjawa, pulau ini juga berhiaskan pantai indah berpasir putih
dengan perairan yang jernih. Listrik bertenaga generator hanya dinyalakan
ketika ada tamu yang menginap. Selebihnya, hanya nyala temaram pelita minyak
tanah yang menerangi. Tak ada sinyal handphone, apalagi jaringan internet.
Berbaring di atas hammock yang terayun pelan sambil menikmati angin sepoi-sepoi
akan seketika menghilangkan penat seusai snorkeling dan berenang.
Tak terlalu jauh dari Pulau
Tengah, terdapat sebuah gosong yang biasa disebut Gosong Tengah. Dengan lebar
tak sampai 3 meter dan panjang kurang dari 100 meter, daratan pasir putih ini
seolah timbul begitu saja di tengah lautan. Dua batang kayu disilangkan di
dekatnya sebagai pertanda kedalaman laut yang mendangkal. Berjalan menuju
gosong ini, sempat terlihat seekor ikan pari berenang dengan cepat dan anggun.
Seekor triton terompet (Charonia tritonis) tergeletak di salah satu sudut dasar
laut, tak terlalu jauh dari daratan. So, tertarik untuk merasakan pengalaman
bak terdampar di tengah laut ala film-film Hollywood? :)