Selasa, 18 Desember 2012

Wisata Kuliner di abang kepiting - pontianak

Kulinari? Hmmm... mungkin inilah satu khas Pontianak yang bisa saya tunjukkan tentang kota yang  saya coba datangi ini berasama teman-teman

Ya! Makanannya. Dari restoran mewah hingga ke kaki lima, Pontianak bertabur dengan penjual makanan. Di saat matahari belum muncul para penjaja makanan sudah bersiap-siap dengan aneka sarapan pagi bagi para atlet kota. Bubur Padas, Bubur Ikan, Bubur Ayam, Bubur Daging Sapi, Bubur Babi, Kwe Cap, Tau Suan, Bakmi Kepiting. Ketika subuh sudah menyingkir dan langit telah cerah para pemburu gosip mulai bertualang dari warung kopi ke warung kopi, mencari aroma dan cita rasa terbaik sambil sesekali mencari tahu kejadian terbaru di lintasan Khatulistiwa.

Ketika tengah hari tiba, panas matahari di siang paling terik pun tidak bisa mencegah hasrat para pemburu makanan mencoba aneka masakan yang tersedia. Ayam Goreng Suib, Bakso Ikan, Bakso Sapi Gepeng, Kwetiaw Goreng, Nasi Campur, Nasi Kari, Sate Babi dan entah apa lagi. Perut kenyang dan mata pun mulai suntuk.

Tidak terasa matahari sudah mulai terbenam di ufuk barat. saya bersama teman - teman sudah mulai mencari tempat makanan yang enak, hmmmm bingung juga dengan beragam pilihan tempat makan? Apakah ke Pondok Kakap mencicipi Kepiting Asap nya yang terkenal? Atau ke Restoran Gajahmada mencoba Sayur Pakis khas Kalimantan yang di Yam dengan rebon udang? Bagaimana dengan Bistik Sapi, Bistik Ayam, Hekeng dan Hoico di Restoran Hawaii yang sudah 3 generasi itu? Hmmm... kalau dipikir pikir suasana santai di Abang Kepiting atau Pondok 18 sambil menikmati Ikan Bakar juga menggoda selera. Oh ya, kalau tidak... mungkin sebaiknya ke Warung Dangau dengan masakan khas Melayu nya? Kerapu Asam dan Ikan Terinya sedaap dinikmati dengan nasi putih hangat. ah... entahlah, masih banyak pilihan lainnya.

Sementara itu di pinggir-pinggir jalan para pedagang sotong pangkong, chaikue panas, saumai, sate babi, kwekia theng, liang teh, cendol, air tahu, es lidah buaya, bubur pesawat, kokue goreng, pisang goreng, dan pedagang lainnya juga telah siap menyambut para warga kota yang hendak melepas lelah setelah seharian bekerja di cuaca yang panas, dengan mencicipi aneka jajanan mereka. Di antaranya, terselip para pedagang durian, langsat dan jeruk Pontianak yang terus menggoda mereka untuk mencicipi buah yang baru mereka panen.

akhir nya saya dan teman-teman memutuskan untuk makan seafood, di abang kepiting yang melegendaris
asikkkk.. ternyata di sini kita bisa pilih-pilih kepiting segar sebelum diolah..

teman saya ayu nampak nya sudah sangat lapar dan dia langsung mengambil buku menu dan mendatangi kami semua untuk segera memesan makanan.

akhir nya kami memesan cukup banyak menu, dari kepiting, kakap bakar, sup pari pedas , udang bakar madu, sayur-sayuran ....





akhrinyaaa menu yang di tunggu datang juga, saya langsung mengambil potongan kepiting terbesar dan langsung menyerupuuttttnya..... hmmmmm sunggguh sangat lezat... bumbu yang sangat gurih ditambah daging kepiting yang manis membuat lidah dan mulut tak berhenti untuk terus mengunyah...


sungguh sensasi wisata kuliner yang sangat luar biasa tak terlupakan....... saat nya back to hotel.. perut kenyang dan puas dengan apa yang dimakan....

saaat nya bermimpi indah dan bangun pagi hari untuk sebuah pengalaman yang baru nanti........

Sinka Island Park, Menikmati Wisata di Tiga Lokasi dalam Sehari di KALBAR





Keinginan yang sudah cukup lama untuk melakukan eksplorasi bumi kalimantan barat terwujud juga, dengan tujuan Sinka Island Park, senang nya saat kaki pertama kali menjejakan kaki di  Sinka Island Park, sebuan kawasan wisata andalan yang berada di daerah Singkawang Kalimantan Barat, sekitar tiga jam perjalanan dari Pontianak.
Selain pantai Pasir Panjang, sebuah lokasi wisata alam yang lebih dahulu dikenal masyarakat, kawasan Sinka Island Park dibangun dengan menggabungkan konsep wisata pantai dan kebun binatang. Selama ini, saya hanya tahu tempat wisata tersebut dari cerita teman kerja dan melihat foto-fotonya di internet.
Rasa penasaran untuk melihat langsung akhirnya terjawab, ketika tanggal 21 Agustus yang lalu, saya dan teman2, enam orang, menyewa kendaraan langganan bepergian ke sana. Kendaraan yang disewa dengan tarif Rp.700.000 per hari, sudah termasuk biaya BBM dan sopir.
Karena memerlukan waktu tempuh 3 jam dan bertepatan dengan masa libur lebaran, saya merencanakan berangkat dari Pontianak pukul 06.00 WIB untuk menghindari kemacetan di jalan. Pukul 05.50 WIB, kendaraan sewaan sudah bersiap-siap di depan rumah.
Setelah berfoto bersama dengan keluarga di halaman depan rumah, kami berangkat sesuai jadwal. Pada saat berada di dalam kota, lalu lintas masih cukup lengang. Demikian juga ketika kendaraan meninggalkan kota Pontianak. Tidak terjadi kemacetan seperti yang terjadi pada hari-hari biasa.
Menurut Pak Aban, sopir kendaraan sewaan yang sering membawa penumpang ke Sinka Island Park, ada beberapa obyek wisata yang berada di Sinka Island Park, yaitu Sinka Zoo, Rindu Alam, pantai Simping dan pantai Bajau.
Karena tidak merencanakan menginap di Sinka Island Park, pagi berangkat sore pulang, kami memutuskan mengunjungi tiga obyek wisata, yaitu Sinka Zoo, pantai Simping dan pantai Bajau. Rindu Alam tidak kami pilih, karena lokasinya berupa areal hutan yang berbukit-bukit, hampir mirip dengan tempat kerja saya di camp.
1. Sinka Zoo.
Sekitar pukul 09.00 WIB, kami tiba di kawasan wisata Sinka Island Park. Obyek pertama tujuan kami adalah Sinka Zoo, sebuah lokasi kebun binatang yang memiliki kondisi topografi berbukit-bukit. Setelah membayar tiket masuk Rp 10.000 per orang pada petugas berseragam safari hitam lengan panjang yang menghampiri kami, kendaraan diperbolehkan memasuki kawasan wisata.
Saya agak kaget waktu membayar, karena meskipun kami bertujuh, tapi tiketnya dihitung  untuk empat orang. Saya sempat tanyakan ke pak Aban dan dijelaskan kalau yang dibayar adalah pengunjung dewasa, sedangkan dua anak kami yang masih berumur 5 tahun dan 6,5 tahun tidak dihitung. “Terus pak Aban sendiri kenapa tidak diminta membayar?”, tanya saya penasaran. Sambil tersenyum dia mengatakan kalau kendaraan taksi yang mengantar pengunjung tidak perlu bayar tiket masuk.
Hampir sama dengan obyek wisata Taman Safari, dengan menggunakan kendaraan sewaan tadi, kami berkeliling melihat berbagai satwa yang berada di kiri kanan jalan. Bedanya adalah di Sinka Zoo, satwa tidak dibiarkan lepas, tetapi tetap berada di dalam kandang. Namun, pengunjung dapat turun dari kendaraan untuk memotret dan memberi makan satwa tertentu seperti rusa serta dan kerbau albino.


Pada saat memberi makan satwa, petugas kebun binatang telah menyediakan makanan berupa rumput dalam karung yang diletakkan di bagian depan kandang. Anak ketiga dan keempat, Andra dan Nabil sangat senang dan bersemangat ketika memberi makan kerbau albino. Suatu hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Di lokasi Sinka Zoo ini juga terdapat jenis satwa lain seperti gajah, burung merak, burung kakatua, kera, siamang, burung elang laut, beruang madu, singa, harimau dan ular. Masing-masing berada di dalam kandang yang dibuat dalam ukuran memadai seperti di habitat asalnya.
Ada satu hal yang menarik di sini, saya berkesempatan melihat ular sanca albino yang berasal dari Brasil. Ular yang berumur 4 tahun, berkelamin betina dan berwarna kuning di bagian punggungnya itu sedang dikeluarkan dari kandangnya oleh sang pawang. Pengunjung yang tertarik dan tidak geli diperbolehkan untuk memegang dan memotret.

2. Pantai Simping

Untuk menuju lokasi pantai Simping, dengan berkendaraan kami menuruni jalan melingkar dari Sinka Zoo. Setelah kurang lebih 10 menit, kami tiba di pos penjualan tiket. Sama seperti waktu kami memasuki Sinka Zoo, di pos tersebut kami tidak perlu turun dari kendaraan untuk membeli tiket. Ada petugas cewek yang menghampiri kami dan menghitung jumlah penumpang dewasa. Empat tiket dengan harga masing-masing Rp 15.000, sama seperti di Sinka Zoo.
Kondisi pantai Simping lebih ramai dibandingkan Sinka Zoo. Areal parkir penuh dengan sepeda motor, mobil pribadi dan bis. Tampaknya para pengunjung lebih tertarik melihat pantai daripada kebun binatang. Di lokasi ini juga terdapat banyak warung makanan dan minuman, penjaja souvenir dari kulit kerang, kolam renang serta meja kursi yang disediakan di sepanjang tepi pantai. Namun sayang, kondisi pantainya berlumpur, sehingga para pengunjung banyak yang memilih berenang di kolam renang, duduk-duduk di tepi pantai atau menyeberang jembatan untuk melihat pulau terkecil di dunia.
Di lokasi ini kami menyempatkan diri untuk makan siang karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB. Bekal makan siang telah disiapkan istri dan anak – anak dari rumah. Nasi, rolade, tumis buncis, kami santap bersama-sama dengan pesanan kelapa muda seharga Rp 8.000 per butir.

3. Pantai Bajau

Setelah menikmati makan siang, kami menuju pantai Bajau. Dari arah pantai Simping, kendaraan melalui rute jalan yang menanjak dan memutar. Setelah itu, turun ke arah tempat parkir.
Rupanya untuk memasuki lokasi ini, para pengunjung juga harus membayar lagi tiket masuk. Harganya Rp 20.000 per orang. Hitung-hitung,untuk mengunjungi tiga obyek wisata tersebut, saya harus mengeluarkan uang Rp 200.000 untuk membeli tiket masuk.
Sama seperti di Sinka Zoo dan pantai Simping, pada saat mendekati pos penjualan tiket, ada petugas yang menghampiri kami dan menengok ke dalam kendaraan untuk menghitung jumlah penumpang yang harus membayar tiket.
Setelah menerima tiket, kami mencari tempat yang agak luas untuk memarkir kendaraan. Di dekat pintu masuk, tidak terlihat ada petugas parkir yang mengatur kendaraan seperti di pantai Simping, sehingga para pengunjung dengan seenaknya memarkir kendaraannya.
Baru setelah berjalan sekitar 300 meter, kami menemukan tempat parkir yang agak luas dan dekat dengan area permainan. Di lokasi ini tampak beberapa tempat baru didirikan, seperti mushola dan tempat mandi.

Berbeda dengan pantai Simping yang berlumpur dan pantai Pasir Panjang, di sepanjang pantai Bajau banyak dijumpai batu-batu besar, sehingga menyulitkan bagi pengunjung untuk berenang. Meskipun demikian, pihak pengelola menyediakan atraksi wisata pantai berupa perahu pisang (banana boat), perahu yang mampu membawa 6 orang penumpang dan ditarik menggunakan speed boat ke arah laut. Tarifnya untuk 6 orang adalah Rp 200.000 selama 15 menit.
Cukup banyak pengunjung yang tertarik naik perahu pisang. Karena hanya disediakan 2 buah perahu pisang, pengunjung harus antri menunggu giliran untuk naik.

Selain itu, di lokasi ini juga ada perahu berbentuk bebek yang juga dapat dinikmati oleh pengunjung untuk berkeliling danau di tepi pantai. Sewanya Rp 20.000 per orang selama 15 menit.
Lokasi pantai Bajau bersebelahan dengan pantai Pasir Panjang dan hanya dipisahkan oleh parit buatan selebar sekitar 2 meter. Beberapa pengunjung yang berada di pantai Bajau, secara tidak sengaja sempat melintas dan bermain-main ke pantai Pasir Panjang. Jika ketahuan petugas, mereka akan diminta supaya kembali ke pantai Bajau. Demikian juga sebaliknya, jika ada pengunjung pantai Pasir Panjang yang mencoba melintas ke pantai Bajau.

Hal tersebut sering terjadi karena ketidaktahuan para pengunjung. Seharusnya pihak pengelola membuat batas berupa pagar dan didirikan papan himbauan atau pengumuman yang mudah dibaca pengunjung.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB dan saatnya untuk bersiap-siap pulang. Sebenarnya, kami masih ingin ke kota Singkawang melihat obyek wisata lainnya. Kata pak Aban, jaraknya sekitar 17 km lagi. Karena waktu sudah sore dan khawatir terjebak kemacetan, akhirnya saya memutuskan kembali ke Pontianak.
Benar-benar sebuah wisata yang lengkap dan berkesan, mulai dari kebun binatang hingga pantai. Saya dan teman - teman sangat puas, karena dalam sehari dapat melihat tiga obyek wisata yang berbeda dalam satu lokasi.


Tugu Khatulistiwa - Pontianak



Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument berada di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, Propinsi Kalimantan Barat. Lokasinya berada sekitar 3 km dari pusat Kota Pontianak, ke arah kota Mempawah.
Tugu ini menjadi salah satu ikon wisata Kota Pontianak dan selalu dikunjungi masyarakat, khususnya wisatawan yang datang ke Kota Pontianak. Sejarah mengenai pembangunan tugu ini dapat dibaca pada catatan yang terdapat di dalam gedung.
Catatan pada Tugu Khatulistiwa dalam catatan tersebut disebutkan bahwa : Berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- Indië : Den 31 sten Maart 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak garis equator di kota Pontianak
Bangunan tugu terdiri dari 4 buah tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter. Diameter lingkaran yang ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter.Tulisan plat di bawah anak panah tertera 109o 20' OLvGr menunjukkan letak berdirinya tugu khatulistiwa pada garis Bujur Timur.
Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan "menghilang" beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain disekitar tugu.
Peristiwa titik kulminasi Matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan.

Pada saat saya mengunjungi tugu khatulistiwa, kota Pontianak sedang panas2 nya… terik matahari membuat gerah seluruh tubuh. Memasuki tugu khatulistiwa, kita akan di minta untuk mengisi buku tamu terlebih dahulu.
Didalam ruangan tugu yang menurut saya hanya sebasar lapangan futsal saja, Nampak infomasi pendirian dari tugu tersebut.
Hmmmmm lumayan lah , seperti masuk kedalam museum saja perasaan saya saat itu.
Dan akhir nya saat yang dinanti .. sesi foto-foto bareng teman2 hahahahaaa…
Oohhh iya karna luas tugu yang terbatas, membuat tidak memerlukan banyak waktu dalam mengelilingi dan melihat keadaan sekitar tugu,..

ooohh iya untuk informasi temen2 yang mau kesana, cuma ada warung kecil di sekitar tugu khatulistiwa.. jadiiiiiiii yaaa siap 2 kaya kami aja
tapii tetap suatu perjalanan yang sangat menyenangkan, lagian gak setiap orang kan bisa tugu khatulistiwa 0 derajat indonesia..

Kamis, 06 Desember 2012

Petualangan Pulau Sibesi _ Lampung









Foto- foto di puncak gunung anak krakatau











Foto Under Water at Lagoon Cabee











Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan dan tidak dapat tergantikan

Anak Krakatau 3

 
Perlahan kapal kayu meninggalkan dermaga, membelah lautan dengan pembatas pulau-pulau kecil yang masih berbungkus hijaunya perpohonan. Hari ini akan membenamkan hiruk pikuk nya kota jakarta kedalam dasar laut anak Gunung Krakatau — 15 nopember 2012.
Kapal mendarat pertama kali di pulau sabuku kecil. Sementara ranger Rafauli trip sibuk memberikan pengarahan tips snorkeling, saya telah mencicipi cara pengobatan tradisional karena terkena bulu babi. Pengobatan menggunakan belimbing besi yang cairan asam-nya akan membuat bulu babi yang rapuh dalam kulit membusuk. my bad day !
Mendarat di Pulau sabuku
Petualangan snorkeling berlanjut ke pulau sabuku besar, kini saya hanya bisa menatap teman-teman yang begitu antusiasnya melihat pesona dasar laut dari kapal. Di kejauhan saya melihat sebuah gubuk tua yang membawa lamunan pada mimpi lama yang ingin hidup di pulau, sebuah keinginan yang dulu di mentahkan seorang tetua adat di Bangka dengan nasehatnya “ ……. hidup dipulau seperti kami ini butuh pendampingan hidup yang penuh dengan cinta, tanpa itu kamu bisa gila! hidup tanpa kecanggihan teknologi akan membuat hari terasa lama berlalu….”.Red
Gubuk di Pulau Sabuku Besar
Lamunan seketika membuyar.. kapal bergegas menuju pulau sabesi seperti mendapat perintah dari perut yang mulai menderita kelaparan. Hidangan siang itu di balai desa sangat nikmat sekali, ada ikan asin dan sambal tradisional. Beberapa peserta memilih tidur siang di homestay, sementara lainnya nongkrong di warung yang menjual gorengan. Saya memutuskan menyusuri pantai dan berbicara dengan penduduk sekitar tentang kehidupan di pulau.
Anak-anak Pulau Sabesi
jam 14.30 peserta bergegas kumpul di dermaga untuk menuju spot snorkeling yang ketiga, yaitu di pulau cianas & sawo.
Dermaga Pulau sabesi
Kali ini aku terjun ke laut lagi buat sekedar merasakan gelinya di sengat ubur-ubur, ini juga karena tuntutan judul postingan yang mestinya ada foto underwater ..ahhahahhaha
















Sore mulai merayap, garis sunset mulai mengarah ke pulau umang-umang. kapten kapal yang sibuk dengan lagu dangdut bergegas memuaskan hasrat orang-orang jakarta ini akan sunset. Ternyata setelah mendarat di pulau umang-umang sunset terhalang bukit pulau Sabesi yang berketinggian 884 meter dari laut, kapal melaju lagi ke ujung pulau untuk menikmati sunset di atas laut.
ini mungkin memang moment terbaik saya… kapal sangat pas dengan posisi sunset sehingga  maksimal befoto narsis ria dengan background sunset.