Rabu, 05 Desember 2012

Anak Krakatu 2

Saat-saat yang menggairahkan ketika pertama kali memutuskan ikut trip ke krakatau, yaitu tidur diatas kapal memandang bintang-bintang dan mendaki anak gunung krakatau.





Di atas kapal kayu dengan alas pelampung, ombak yang tidak terlalu keras memudahkan mata menikmati rasi bintang diatas kapal kayu yang terus melaju. Banyak hal yang terpikirkan di malam itu, sampai terlelap … nyenyak tanpa takut terjatuh ke laut.
Dini hari masih terasa gelap, kapal sudah mendarat di cagar alam krakatau. Tanah masih terlihat bergaris sisa lukisan dari ujung-ujung sapu, pulau ini terawat dengan baik
Pendakian anak gunung krakatau di mulai. sesekali aku berhenti mengambil foto sunrise yang perlahan keluar dari laut. Sejujurnya!! faktor nafas juga yah hahahha, mungkin ini saatnya menghentikan kebiasaan makan di fast food..
sesampai di puncak tertinggi.. nafasku terasa mau putus, keringat membasahi topi. Duduk dengan hawa panas merayapi tubuh dengan perlahan aku kosentrasi mengatur detak jantung yang bergerak terlalu cepat. Ada hal yang terpikirkan: “bagaimana turunnya, kalo menggelinding gimana?? bisa mati dah…
Sunrise di seberang laut memikat perhatianku, sekejap rasa kekhawatiran sirna seketika. Seperti dalam film pendek “suncatcher” Joko Anwar, aku menangkap cahaya untuk melihat rasa bahagia.. ini tangkapan yang hebat, dengan ketinggian +- 230 meter dari laut dan menempuh jarak 120 km dari Jakarta, menyebrang selat sunda 37 km, +- 50 km ke dermaga Canti. Untuk seseorang yang selalu menghabiskan siang di dalam ruangan kerja, ini pencapaian yang luar biasa… *atur nafas.
Aku mulai memeluk erat lutut, susah melepaskan perasaan di  saat berada pada  ketinggian hamparan laut dan sejajar dengan gunung. Setelah berfoto berbagai gaya levitasi,  aku mulai turun dari ketinggian menapaki kembali jejak – jejak pendakian, tidak sedikitpun ada rasa ketakutan.. seperti halnya karir !! ketika telah berada di ketinggian, turun ke bawah itu jadi hal biasa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar